Selasa, 28 Juli 2015

Kamu adalah ketumpang tindihan

Jangan berkurang nanti aku timpang

Dengar sekali saja aku bicara niatku tak simpang

Aku hanya ingin pulang

Membawamu yang sudah jauh

Menghinaku dengan kenyamanan

Masih haruskah kau belitkan jalar berduri itu kuanggap tak perlu

Sudah lama mereka bilang aku tuna

Ku minta bela kau bilang iya

Aih

Pura-pura setuju padahal setuju

Nihil sangkut pautmu sudah dari lama

Namaku dipanggil kau sahut pula

Aih


Mengapa masih saja
Jangan sekali-kali sengaja pergi supaya dicari. Jangan merasa memiliki, kamu dan sok tahumu itu terlampau percaya diri bahwa sebengis apapun perbuatanmu, dia tak akan lari. Apa yang kau pikirkan merupakan dirimu nantinya akan memakan jiwamu sendiri, melukis tanda kecewa sebegitu besarnya kau suruh pun tidak mereka akan sadar.

Jangan mempermainkan seakan diinginkan. Dia mungkin mengidamkanmu hari ini, bersedia memberimu segala yang dimiliki juga tidak, menyalahkan dirinya sendiri ketika kau tampak tak puas. Bahkan saat rakus telah terpancar sebegitu mudahnya ia kan lihat ia memilih menutup matanya sendiri ketimbang mempercayai bahwa kau telah menjelma binatang.


Dan penyesalan adalah ketika kamu berduka bukan karena tak lagi memiliki dia, atau cintanya, tetapi karena kehilangan dirimu yang dulu pantas, punya kesempatan, untuk dicinta.